Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Berdasarkan Akta Hakcipta 1987:
Dilarang untuk mencetak, mengulang siar, mengambil, mencuri, menciplak, dan sebagainya tanpa izin daripada penulis.Hak cipta blog adalah terpelihara (Kenyataan ini hanya untuk penulisan saya dalam subjek 'karyaku' kerana melibatkan penghantaran ke media cetak.Penulisan lain tiada akta halangan.Dialukan penyebaran)

Tuesday, April 27, 2010

;;Can't You See The Sign?"

Open Your Eyes, Hearts and Minds...

Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Naml: 93)





"Dia-lah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami-(nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. An-Nahl, 16: 10-17)

Dalam Al Quran, Allah mengajak kaum berakal untuk memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai hasil "evolusi", "kebetulan", atau "keajaiban alam" belaka.

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran:191)

Apabila kita membaca hukum alam bersama memuji kehebatan pencipta, kita akan menyedari betapa lemah dan hinanya kita...tiada tempat pergantungan kita, seluruh kehidupab kita adalah hanya kepada Sang Pencipta, Maha hebat, Allah swt..

Semoga kita menjadi orang-orang yang berakal dan bersyukur dengan segala anugerahNya walau sedikit..amin

Tuesday, April 13, 2010

:;Rintangan Perjuangan dalam Kehidupan Pendakwah : (Vol.1)


Petikan tulisan Fathi Yakan

Dalam kitab yang dikarang oleh alustaz Fathi Yakan sebagai pembangun jiwa2 daie ini, beliau telah menggariskan 5 rintangan dalam perjuangan yang menjadi penghalang untuk daie untuk terus mampan, thabat dan istiqomah dalam jalan juang ini. Pada siri kali ini, saya ingin menyentuh rintangan yang terakhir, iaitu 'Nafsu Yang Merangsangnya'. Nafsu musuh dalam selimut, yang tanpa kita sedari, ianya adalah musuh paling berbahaya sehinggakan kesan daripada godaannya membawa kepada virus dalam gerakan yang akhirnya menjadi asbab kemurkaan Allah swt dan kita ditimpa bencana dalam dunia gerakan.

Banyak kes-kes yang melibatkan nafsu terutamanya melibatkan ikhtilat antara pemuda dan muslimah. Jangan biarkan diri kita terjebak dalam tangki nafsu, padahnya kita tidak mampu menemui jalan keluar daripadanya, dan akhirnya kita menuruti segala kehendak nafsu walaupun ianya telah melanggar hukum Islam dan boleh disabitkan kita telah terjerumus dalam 'zina'! Walaupun sejak kecil kita ditarbiyyah lengkap sehingga segala ilmu kita, kata-kata kita, tingkah laku kita telah menjadi model kepada sahabat2, masyarakat lain....tidak mustahil kita akan terjebak dalam kancah zina yang sebenarnya tidak pernah kita pinta dan fikirkan.

Janganlah pabila dinasihati untuk kembali ke jalan yang lurus, dek kerana nafsu telah menguasai akal dan jasad, kita akan menjawab dengan jawapan yang begitu mengaibkan diri kita sendiri ;
'Kamu tak rasa apa yang saya rasa. Kamu tak alami apa yang saya alami!'

NAFSU YANG MERANSANGNYA
Halangan dan cabaran kelima yang dihadapi oleh para da’ei ialah ketegalan dan keliaran nafsu. Nafsu dengan segala karenahnya tidak mudah untuk diatasi oleh seorang da’ei. Tepat seperti yang tersebut dalam A1-Qur’an terhadap kata-kata Nabi Yusuf:
قَالَ مَا خَطْبُكُنَّ إِذْ رَاوَدتُّنَّ یُوسُفَ عَن نَّفْسِهِ قُلْنَ حَاشَ لِلّهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيْهِ مِن سُوءٍ قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِیزِ الآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَاْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ
( وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ ( 51
“Aku tidak membebaskan diriku (dari beban dosa) kerana nafsu sering menyuruh yang buruk, kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun maha penyayang.” (Surah Yusuf: Ayat 51)
Sebenarnya nafsu seseorang itu adalah wadah tempat berinteraksi segala yang buruk dan jahat, halal dan haram, hak dan batil. Ia laksana bejana yang menerima apa sahaja. Baik hidayah mahu pun dalalah, baik yang luhur mahu pun yang onar. Sesuai dengan firman Allah:



وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ( 7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ( 8) قَدْ أَفْلَحَ مَن زَآَّاهَا ( 9) وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ( 10 )
Maksudnya:
“Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), justeru Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Surah Al-Syams: Ayat 7—10)
Dalam kesibukan dan hangar bingar kehidupan, baik yang bersifat politik, kekeluargaan, gerakan dan keasyikan mencari sara hidup da’ei mungkin terlupa akan dirinya sendiri. Ia mungkin memberi perhatian kepada orang-orang di sekitar dirinya, mengajukan bimbingan dan kebaikan untuk mereka, namun ia mungkin lupa terhadap dirinya sendiri, tentang hak dirinya supaya ditingkatkan
dalam segenap segi. Di sini akan berlakulah sesuatu yang tidak diduga dan merugikan. Jiwanya menjadi keras dan lembab. Akhirnya membatu dan menyeleweng. Suatu keadaan seperti yang disebutkan oleh Allah:

آَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا آَانُوا یَكْسِبُونَ ( 14 ) آَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ یَوْمَئِذٍ ( لَّمَحْجُوبُونَ ( 15
“Bahkan hati mereka telah berkarat lantaran apa (dosa) yang mereka lakukan.” “Bahkan mereka sebenarnya terdinding dari (melihat) Tuhan mereka kelak di hari akhirat.” (Surah Al-Mutaffifin: Ayat 14—15)


Dan firman:
یَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْآُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى ( الْعَالَمِينَ ( 47
“Kemudian selepas itu hati kalian menjadi keras seperti batu atau malah lebih keras dari itu. Adapun batu-batu itu ada yang terbit darinya beberapa anak sungai, ada pula yang apabila terbelah lalu inemancutkan air. Ada pula yang mendap ke bawah lantaran takutkan Allah, dan tidaklah Allah lalai terhadap apa yang kamu lakukan.” (Surah Al-Baqarah: Ayat 47)

Nafsu memang sentiasa mengarahkan diri kepada keburukan. Kalau tidak dikekang dengan lingkaran taqwa dan agama, diperkukuh dengan tarhib dan targhib nescaya ia boleh menewaskan diri tuannya. Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى ( 40 ) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ ( الْمَأْوَى ( 41
“Adapun yang takut maqam tuhannya, mencegah diri menurut nafsu maka syurgalah tempat kembalinya.” (Surah Al-Nazi’at: Ayat 40—41)
Tepat seperti sabda Rasulullah:
“Musuh dirimu yang paling besar ialah nafsumu sendiri yang dicelah lambungmu.” (Al-Hadith)

Satu perkara yang perlu diingat oleh para da’ei, yang mana selalu dilupakan orang ialah bahawa sebagai da’ei tugas asasinya ialah memastikan dirinya menang dalam pertarungan ini. Ia mesti berbuat baik terhadap dirinya sendiri. Kalau tidak apalah ertinya orang lain menang dan dia sendiri kalah melutut di hadapan nafsunya.

Orang yang laba sebenarnya pada hari qiamat ialah orang yang dapat memenangkan dirinya (dalam pertarungan dengan nafsu), walaupun ia kehilangan dunia dan orang banyak. Yang benar-benar rugi ialah orang yang mensia-siakan dirinya; dikalahkan oleh nafsu, walaupun ia memperolehi dunia
dan sanjungan orang banyak. Allah berfirman:
وَتَرَاهُمْ یُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ یَنظُرُونَ مِن طَرْفٍ خَفِيٍّ وَقَالَ الَّذِینَ آمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِینَ الَّذِینَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ یَوْمَ الْقِيَامَةِ ( أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُّقِيمٍ ( 45
“Orang-orang yang beriman berkata bahawa orang yang merugi ialah yang merugikan diri dan keluarga mereka sendiri pada hari qiamat kelak. Bahkan orang-orang yang zalim akan kekal dalam siksa yang berterusan.” (Surah Al-Syura: Ayat 45)

Pertanda awal kerugian diri ialah mengabaikan peningkatan dan latihan diri supaya menurut kehendak syarak. Cuai dalam menepati prinsip-prinsip dalam bentuk amalan, perkataan dan perbuatan. A1-Qur’an menyelar perbuatan ini dengan firmanNya:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ (44)
“Adakah kamu menyuruh orang lain melakukan kebaikan sedangkan kamu melupakan diri kamu sendiri. Pada hal kamu membaca Al-Kitab. Apa tidakkah kamu berakal?” (Surah Al Baqarah: Ayat 44)
FirmanNya lagi:
یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ( 2) آَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن ( تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ( 3
“Hai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu katakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kemurkaan Allah kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.” (Surah Al-Saff: Ayat 2)
Da’ei dituntut supaya memperhitung (kesalahan) dirinya lebih dahulu sebelum memperhitungkan kesalahan orang lain. Ia dituntut supaya mendidik dirinya lebih dahulu sebelum mendidik orang lain. Ia patut berlaku ihsan terhadap dirinya sebelum berlaku ihsan kepada orang lain. Inilah intisari pesanan Ali Ibnu Abi Talib, Karrama’llahu Wajhah apabila ia berpesan:

“Sesiapa yang menjadikan dirinya pemimpin orang lain maka hendaklah ia mulai dengan mengajar dirinya sendiri sebelum mengajar orang lain. Asuhannya terhadap orang lain biarlah dengan perilaku sebelum dengan tutur kata. Orang yang mengajar dan mengasuh diri sendiri lebih berhak dimuliakan/dihargai dan orang yang mengajar dan mengasuh orang lain.”

Rasulullah pernah menceritakan nasib manusia yang mengatakan apa yang tidak dikotakan. Yang menyuruh orang berbuat baik tetapi melupakan diri sendiri. Yang menjadikan diri sebagai pembimbing sedangkan diri sendiri tidak terbimbing. Yang menyuruh orang lain beristiqamah sedangkan dirinya sendiri menyeleweng. Rasulullah mengatakan:

“Pada hari Qiamat kelak dicampakkan orang berkenaan dalam api neraka lalu terburai tali perutnya. Ia berputar-putar di dalamnya persis seperti keldai mengelilingi kincir pengisar gandum. Penduduk neraka berkerumun melihatnya. Mereka berkata: si pulan (rupanya). Bukankah engkau dahulu menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar? Benar jawabnya. Tapi aku menyuruh yang baik sedangkan aku sendiri tidak melakukannya. Aku larang yang munkar tapi aku sendiri inelakukannya.”

Inilah juga yang diisyaratkan oleh Rasulullah dengan sabda beliau: “Pelajarilah apa sahaja yang kamu boleh belajar. Akan tetapi Allah tidak akan memberi ganjaran sehinggalah kamu amalkan (apa yang kamu pelajari).


..bersambung....

Tuesday, April 06, 2010

::Doa Rabithah::



Doa Rabithah by Izzatul Islam